Pohon Keadilan dan Kebakaran Hebat Oleh Istana



Pemanasan global memiliki dampak yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Mulai dari mencairkan es di kutub ujung belahan bumi sana hingga merubah iklim bahkan cuaca menjadi ekstrim. Tak ayal, bencana alam silih berganti terjadi di berbagai belahan bumi. Mulai dari banjir, angin topan, hingga kebakaran akibat dari pemanasan global.

Inti dari permasalahan pemanasan global adalah meningkatnya suhu di muka bumi. Peningkatan suhu memang selalu memiliki dampak yang luas. Seperti halnya bumi yang mengalami pemanasan global, umat muslim Indonesia semakin hari semakin meningkat suhu pergerakannya. Pergerakan ini telah sejak lama berjalan dan banyak sekali memberikan kemaslahatan bagi bangsa ini. Namun akhir-akhir ini pergerakan ini seringkali disuguhkan dengan hal-hal yang justru melukai nurani umat.

Gelombang aksi hingga berjilid-jilid yang diikuti jutaan masa dengan suhu panas yang tinggi demi menuntut sebuah keadilan seolah menegaskan bahwa memang pohon keadilan yg menyejukkan itu menjadi tanaman langka di era pemanasan global ini.

Pemanasan global atau perubahan suhu ekstrim di Republik ini menjadikan tanah tandus retak, bahkan terbelah berkubu-kubu, belahan inilah yang kemudian menjadikan tanaman keadilan sulit tumbuh.

Tidak adanya pohon keadilan itu menyebabkan rumput-rumput yang semestinya terlindungi dari sengat matahari oleh rimbunnya pohon keadilan menjadi kering. Keringnya rumput-rumput yang tersengat matahari menjadikan ladang terbakar. Terjadilah kebakaran hebat yang disebabkan hilangnya pohon keadilan yg menyejukkan, kebakaran tersebut bukan hanya membakar ladang pada belahan tanah yg satu, belahan lainnya pun turut terbakar. Maka terjadilah kebakaran hebat melanda penjuru negeri, hangus tak bersisa.

Istana sebagai pemilik ladang selayaknya memahami permasalahan pemanasan global ini, pemilik ladang harus mampu merawat ladang, menyiram, dan tidak membiarkan terjadi terbelahnya tanah, apalagi membiarkan punahnya pohon keadilan. Bila itu tidak dilakukan dan tidak mampu dilakukan pemilik ladang maka layaklah kebakaran hebat yg terjadi di negeri ini kita persalahkan kepada Istana sang pemilik lahan.



Hujjatul Baihaqi Heryanto S.H 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel