Tahun Politik, FMI: Susun Strategi dan Langkah Konkrit Atasi Masalah Negeri
Kamis, 19 April 2018
Edit
Pimpinan Daerah Front Mahasiswa Islam Banten akan mengadakan musyawarah kerja daerah pada tanggal 4 sampai 6 Méi nanti. Kendati namanya tidak se- _mentereng_ organ mahasiswa lain, Front Mahasiswa Islam khususnya di Banten hari ini tengah menjelma menjadi kekuatan yg tidak bisa dipandang sebelah mata. Front Mahasiswa Islam (FMI) secara nasional baru saja melangsungkan milad yg ke-18, dan di Banten sendiri FMI baru berdiri pada medio 2015 akhir atau sekitar 2 tahun berjalan.
Dalam jangka 2 tahun berjalan, FMI Banten mampu mengepakkan sayapnya dan menancapkan kekuatannya di penjuru tanah para jawara. Secara hitungan waktu, perjalanan 2 tahun untuk pencapaian FMI Banten hari ini merupakan sebuah pencapaian yg fantastis bila dibanding dengan organ mahasiswa lain yg telah tumbuh lebih dahulu. FMI Banten hari ini tengah mencuri perhatian sesama organ mahasiswa, rakyat, bahkan tingkat elit. FMI yg lahir dari rahim Front Pembela Islam memiliki banyak tantangan dalam perjuangannya karena memang dalam peperangan dimanapun selalu ada setan penentang dan penolak kebenaran.
Kendati demikian, FMI Banten tidak boleh berpuas diri, karena peperangan antara kekuatan jahat dengan kekuatan baik tidak akan pernah berakhir sampai dunia ini berakhir. Dalam hitungan yg dekat ini beberapa wilayah di Banten masyarakatnya akan mengadakan pesta demokrasi yakni dengan memilih kepala daerah. Hal ini merupakan salah satu pekerjaan rumah seorang mahasiswa untuk mengawal jalannya demokrasi demi terpilihnya pemimpin yg mampu membawa masyarakat ke arah yg lebih baik. Mahasiswa sebagai representasi dari suara rakyat harus mampu tampil dalam setiap peperangan dalam upaya mengalahkan dan menumbangkan kekuatan jahat, dalam hal ini mahasiswa harus tampil untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat yang mana pemimpin yang akan bersama kelompok baik berperang melawan keburukan dan sebaliknya. Tanpa bermaksud untuk mengarahkan agar mahasiswa berkubang dalam politik praktis, tapi memang pergerakan untuk mencapai sebuah tujuan yg luhur haruslah realistis.
Tak hanya penentuan pemimpin yg akan dihelat pada pilkada serentak di Banten yg menjadi PR mahasiswa (khususnya di Banten) beberapa saat lagi, tak lama lagi pula kita akan melangsungkan perhelatan lima tahunan untuk memilih wakil rakyat (legislatif) dan presiden dan wakil presiden (eksekutif). Ajang pemilihan umum lima tahunan tersebut-pun harus menjadi perhatian mahasiswa sebagai "agen of change" karena perubahan dapat dimulai oleh seorang pemimpin yang baik. Maka mahasiswa harus tampil sebagai pengawal perubahan dan meng-ikhtiarkan perubahan tersebut dengan membuka mata masyarakat untuk menunjukkan mana pemimpin yang baik dan mana pemimpin yg buruk. Fungsi kepemimpinan dalam sebuah kelompok masyarakat sangatlah penting dalam membawa yg dipimpin ke arah kehidupan yang baik.
Bila kita pandang dengan kaca mata agama, setidaknya ada 4 hal yg harus dimiliki seorang pemimpin yakni; _shidiq, tabligh, amanah, dan fathonah_. Sayangnya, dengan parameter tersebut bila kita melihat para pemimpin saat ini kita akan cenderung bingung bahkan hampir tidak menemui pemimpin yg memenuhi kriteria seperti disebutkan. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya pemimpin di negeri ini yg tersandung masalah korupsi. Selain permasalahan korupsi yg jelas bertentangan dengan kriteria pemimpin menurut agama, pada kesempatan lain para elit partai yg menjadi representasi dari rakyat telah nyata mengkhianati amanat rakyat dengan melakukan hal yang menyakiti nurani rakyat. Tidak hanya korupsi dan pengingkaran amanat rakyat, para pemimpin negeri ini pun tak jarang mempertontonkan ketidak cerdasannya dalam mengatasi masalah negeri. Solusi yg diberikan pemimpin hari ini atas suatu masalah hanya menimbulkan masalah baru sehingga permasalahan di negeri ini tak pernah kunjung usai bahkan semakin bertambah, hal ini jelas bertentangan dengan kriteria pemimpin terkait point _fathonah_ yg disyaratkan agama.
Masalah korupsi, pengingkaran terhadap amanat rakyat, dan solusi yg tidak mengatasi masalah hanyalah sebagian kecil dari sekian banyak masalah di negeri tercinta ini, maka dengan berat hati tidaklah berlebihan apabila dengan sudut pandang ini saat ini Indonesia dikatakan tengah dilanda krisis kepemimpinan.
Sebagai kelompok yg menyandang gelar _agent of change_ mahasiswa tidak boleh berhura-hura dan bersantai di menara gading. Mahasiswa tidak boleh sibuk berdiskusi tanpa tahu keadaan rakyat hari ini. Mahasiswa tidak boleh hanya sibuk dengan tugas kuliah, sedangkan keadaan negerinya kini kian parah. Sebuah pergerakan haruslah dimulai dari mahasiswa yg tergolong sebagai kaum intelektual muda yg sejatinya harus membawa perubahan. Mahasiswa harus tampil untuk mengatasi krisis kepemimpinan hari ini. Mencari pemimpin yg baik yg sesuai dengan tuntutan dan kriteria yg agama berikan memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Tapi sebagai kaum muda yg menginginkan perubahan dan menengakkan kebenran kita harus memperjuangkannya meski itu sulit. Tidaklah ada kesulitan kita alami kecuali ada jalan keluar atasnya, dan tidaklah ada jalan keluar dari kesulitan tanpa strategi jitu.
Selamat Bermusyawarah, Susun Strategi Terbaik Kalian!!!
Oleh: H. Baihaqi. S.H Lembaga Kajian dan Bantuan Hukum Mahasiswa Tangerang Selatan
Tangerang, 18 April 2018