Pemberani
Minggu, 19 Februari 2017
Edit
Pemberani
atau keberanian biasanya dalam bahasa Arab disebut sebagai Syaja'ah. Pemberani
adalah sifat yang apa bila di dengar saja membuat hati membara, jiwa serasa
terbakar, semangat pun menggebu apa lagi bila yang mendengar para pemuda,
bahkan musuh-musuh pun bergidik merinding mendengar kata ini. Pemberani
merupakan sifat yang seharusnya tertanam dalam pribadi seorang muslim. Lantas
apa itu keberanian? Apakah berani menantang orang ataukah berani berkelahi?
Seseorang
Tentara sekalipun, walau dia bersenjata lengkap, berpakaian seragam lengkap,
rapih dalam berbaris, tidak pula langsung dapat dikatakan sebagai pemberani,
karena ketika dihadapkan padanya musuh yang nyata, sebagaiman buya HAMKA dalam
buku Pribadi Hebat mengatakan “Karena banyak juga pengecut yang sanggup
menghadapi musuh, memegang bedil dengan tangan menggigil.” Terkadang pula ada
juga orang yang walau hanya bersenjata seadanya, tidak menyurutkan semangatnya
melawan musuhnya.
Pemberani
tidak berarti seseorang yang tidak memiliki takut. Rasa takut dimiliki oleh
semua orang yang normal, rasa takut adalah normal. Keberanian ( courage)
seseorang justru dapat dilihat dari sikap diri dalam menghadapi rasa takut itu.
Seseorang yang disebut pemberani adalah orang yang mampu overcome their fear, menghadapi
rasa takutnya, bahkan meletakan rasa takutnya seolah-olah ia berkawan dengan
rasa takut tersebut. Dia yang memilih berbalik lari ketika dihadapkan oleh rasa
takut adalah mereka yang disebut sebagai pengecut ( coward).
.
Inazo
Nitobe dalam bukunya Bushido menggambarkan keberanian seorang samurai dengan
mengatakan _“Orang yang benar-benar pemberani adalah orang yang selalu tenang,
ia tidak pernah terkejut, tidak ada yang bisa mengusik ketenang jiwanya. Di
tengah pertempuran yang sengit ia tetap tenang, ditengah bencana yang dasyat,
ia menjaga pikirannya tetap jernih.”_Dalam kultur masyarakat Jepang, samurai
memang menjadi simbol kultural dari jiwa ksatria yang pemberani. Bila tidak
sedang berperang maka yang para samurai banyak yang menyibukan dirinya untuk
melakuka meditasi menenangkan pikirannya.
Setidaknya
Mental seorang pemberani yang digambarkan Inazo Nitobe, menjelaskan kepada kita
bahwa seseorang yang berani adalah mereka akalnya tetap berjalan ketika
dihadapkan mara bahaya, selalu mampu mengendalikan dirinya dan pikirannya tidak
tertutupi oleh dorongan emosional belaka. Bila seseorang hanya bertindak hanya
didasarkan pada dorongan emosional belaka yang sifatnya sesaat, maka tindakan
tersebut tidaklah bisa disebut sebagai sifat pemberani, tapi lebih tepatnya
disebut nekad.
Al
Habib Umar bin Abdurrahman Al 'Athas, penyusun Ratibul 'Athas, menyelipkan
salah satu Dzikir di dalam Ratibnya, yang berbunyi:
بِسْمِ اللهِ آمَنَّابِاللهِ. وَمَنْ يُؤْ
مِنْ بِاللهِ لاَخَوْفٌ عَلَيْهِ
Dengan
nama Allah, aku beriman pada Allah. Barang siapa yang beriman kepada Allah maka
tidak ada rasa takut dalam dirinya
Dzikir
diatas menunjukan kepada kita bahwa seorang muslim sejati yang mengaku beriman
kepada Allah SWT dan hari akhir, haruslah merupakan juga pribadi yang berani,
pribadi yang mampu mengatasi rasa takutnya, dengan menancapkan rasa Iman dalam
sanubarinya, singkatnya Keberanian adalah refleksi dari keimanannya. Seseorang
yang beriman dengan benar, niscaya dia hanya akan "melihat" Allah SWT
dalam worldview atau Pandangan Dunianya. Allah SWT adalah yang Maha Satu, Dia
satu-satunya tempat bergantung, Yang Maha Kuasa atas segalanya, Dia Yang Maha
Besar, Yang mengatur Alam Semesta
beserta isinya, hanya kepada Allah SWT rasa takut tersebut dipersembahkan.
Hilanglah
alasan seseorang yang teguh memegang imannya untuk takut, jadilah dia seorang
yang pemberani. Imam Syafi'i menghadapi penguasa yang zalim yang memaksa
dirinya untuk mengakui kesesatan penguasa saat itu, Imam Ahmad bin Hambal bahkan
sampai harus merasakan sakitnya siksaan diseret kuda berkilo-kilo panjangnya
karena tidak mau mengakui kesesatan penguasa zalim itu, tapi mereka tetap tidak
bergeming, tetap teguh menjaga keimanannya untuk tidak tunduk oleh kezaliman
penguasa saat itu, mereka itulah sebagian dari banyaknya contoh pemberani
sejati.
Bila
seseorang muslim yang mengaku beriman tapi masih ada rasa takut, bahkan
menunjukan sikap yang pengecut, maka beristigfarlah, dalam hati orang tersebut
pasti ada sesuatu yang salah, pasti ada yang bermasalah pada Imannya. Bila hawa
nafsu dan syahwat membelenggu mentalitasnya, ketamakan dalam diri dan
ambisi-ambisi duniawi memenuhi pikirannya, maka janganlah harap muncul
keberanian terpancar dari dirinya. Oleh karena itu, As Syahid Sayyid Quthb
dalam ma'alim fit thoriq menganjurkan agar seorang muslim melakukan jihad akbar
untuk menghilangkan hal tersebut agar memunculkan keberanian (berjihad) dalam
dirinya.
Pikirannya
hanya sibuk dalam ketaatan pada Allah SWT, hatinya penuh dengan dzikir kepada
Allah SWT, maka terpancarlah keberanian dalam diri seorang muslim. Bila hal
tersebut sudah termanifestasikan dalam pribadi seorang muslim, maka hanya perlu
dorongan kecil dari Allah SWT:
...فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ
ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ﴿١٥٩﴾
Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS Ali
'Imran, 159)
wallahu'alam bishowwab
oleh: Ali Alatas, SH. (Ketua Umum Front Mahasiwa Islam)